MANUSIA
Karya Yesmil Anwar
Mengapa manusia masih saja sombong
Padahal untuk mengalas harga dirinya ia
butuh deodoran, pastiles, parfum, kacamata hitam, dan
lain-lain
Lihatlah kesturi yang semerbak mewangi
dan sepasang merpati yang anggun dan bermata jemih
Mengapa manusia masih saja sombong
pabila menahan lapar dan dahaga sehari saja ia tersiksa
rasakanlah langkah-langkah unta di sahara memanggul
beban dalam niaga
Mengapa manusia masih saja sombong
gelisah menumpuk harta dan rindu kuasa
Lihatlah seekor kuman yang tidur berbulan-bulan
sabar dan teliti menanti saat yang tepat untuk bergerak
Mengapa manusia masih saja sombong
padahal Tuhan menurunkannya dari surga ke dunia fana
bersama-sama setan, jin dan satwa
setelah memetik buah pengetahuan buruk-baik
Mengapa manusia masih saja sombong
(Puisi Pengantar Kumpulan Cerpen Psikolog Punya Cerita karya Suzy Rinaldhy)
CIMAHICITY – Membaca cerpen atau novel artinya sedang membaca kehidupan. Pembaca diajak mengarungi peristiwa, diajak berpikir dan merunung memaknai apa yang terjadi dengan prilaku manusia. Demikian juga ketika seseorang melihat foto. Walau hanya melihat satu karya foto, pikiran manusia diajak menerawang jauh lebih dalam terhadap peristiwa dibalik foto tersebut.
Pada kesempatan ini, Teater Bel Bandung kerjasama dengan Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Bandung gelar bedah buku kumpulan cerpen Psikolog Punya Cerita dan kumpulan foto Emak-Emak Motret Pake Hape karya Susy Rinaldhy, Jumat 31 Januari 2025 pukul 13.30 – 16.00 wib. di Gedung Arsip dan Perpuatakaan Kota Bandung, Jl. Seram No. 2 Bandung.
Ahmad Zaqi, ketua pelaksana perhelatan yang bertajuk Jendela Semesta mengatakan, kegiatan yang digagas Teater Bel Bandung bersama Suzy Rinaldhy sebagai pembuat karya buku ini, bukan semata gelar bedah buku, juga menyuguhkan pertunjukan musik, haiku dan teater dari beberapa komunitas dan pelaku seni di Kota Bandung dan sekitarnya.
“Kami bangga, Teater Bel Bandung sampai saat ini masih bisa hadir menyuguhkan perhelatan budaya, baik berupa pertunjukan teater, musik, pameran, festival, dan diskusi budaya. Mengawali tahu 2025 dan diusia Teater Bel Bandung yang telah melewati 51 tahun, kami gelar bedah buku karya aktivis Teater Bel, Suzy Rinaldhy,” Ujar Zaqi.
Zaqi berharap kegiatan ini bisa menstimulan atau menginspirasi anggota Teater Bel, juga masyarakat seni untuk terus kreatif, inovatif, dan produktif atau berdaya dalam berbudaya.
“Kumpulan cerpen Psikolog Punya Cerita karya Suzy Rinaldhy bukan sebatas buku yang harus dibaca, juga menjadi karya yang melahirkan karya,” ungkap Zaqi.
Adapun bedah buku sendiri menghadirkan pembicara Aming Derachman, Ipit S. Dimyati, Krisna T. Satmoko, Medi Mahendra dan moderator Rosyid E. Abby. Sedangkan pertunjukan seni diantaranya; musik Adew Habtsa, Chandra JP, lalu lakon STRES naskah dari cerpen karya Suzy Rinaldhy dengan pemain Desty Astuty dan Keisha, Para Pemusik: Yusef Muldiyana, Reza, Rizky, Farel, Khaitan Nasrullah dan M. Fahri. Sutradara Deden Syarief. Monolog oleh Charvia Putri Sudhita, “Menanti Kelahiran” Karya A.A. Navis, Sutradara Hermana HMT. Pembacaan Haiku oleh Deddy Koesdinar dan Tuty Susana.
Semetara itu, Suzy Rinaldhy, penilis dan fotografer yang menuangkan karyanya dalam dua buku yang berbeda itu menyatakan, kumpulan 24 cerpen yang dibuatnya berisi berbagai masalah di kehidupan sehari-hari. Kisahnya terinspirasi dari pengalamannya sebagai psikolog.
“Kumpulan cerpen ini cerita fiktif. Cerita dalam setiap cerpen memiliki nilai yang berbeda. Aku berharap para pembaca dapat menangkap maknanya, memetik manfaatnya, dan menginspirasi dalam menyikapi tiap masalah di kehidupan,” kata Suzy, psikolog juga pemain teater.
Sedangkan hasil jepretannya yang kemudian dicetak dalam bentuk buku, Suzy melihat sisi lain kehidupan yang dijalaninya.
“Bagiku motret pake Hp bukan sekedar selfie atau mengabadikan momen berharga, tapi juga punya nilai plus. Dokumen pribadi ini mudah-mudahan bisa menginspirasi untuk membuat karya foto estetik yang lebih menarik untuk dinikmati. Ini hobi yang mengasyikan,” paparnya.
Karya Suzy, baik cerpen maupun foto sangat layak diapresiasi. Pengalamannya sebagai psikolog memberi warna yang berbeda dalam penyajian cerita juga karya fotonya.
Rosyid E. Abby, pengasuh rubrik sastra di koran harian umum Pikiran Rakyat mengapresiasi cerpen-cerpen karya Suzy. Menurutnya, membaca cerpen Suzy mengingatkan dirinya pada buku karya MAW Brouwer berjudul Antara Senyum dan Menangis yang terbit tahun 1974.
”Penulis asal Belanda yang lama tinggal di Bandung itu menawarkan sketsa-sketsa kehidupan dengan permasalahannya yang kompleks, tapi dapat diselesaikan lewat teori psikologi dengan bahasa keseharian,” paparnya.
Namun demikian Rosyid mengungkapkan perbedaan tulisan Brouwer dan cerpen Suzy. Brouwer lebih mendekati sketsa sedangkan Susy lebih bertutur.
“Cerpen-Cerpen Suzy menawarkan solusi bagi permasalahan tertentu dengan nilai kontradiktif negatif – positif, dengan ungkapan bahasa yang ringan, cerdas, dan menggelitik,” ungkapnya.
Sedangkan Chandra Justin Pangesti, pengamat dan fotografer melihat kumpulan foto karya Suzy yang dicetak dalam bentuk buku memiliki kesan yang mendalam. Chandra mengatakan foto human interestnya berhasil menangkap ekspresi manusia yang penuh emosi.
Buku Suzy bukan hanya tentang foto, tetapi juga tentang cerita dan sudut pandang seorang emak-emak gaul yang memiliki peran ganda dalam hidupnya. Sebagai ibu rumah tangga Suzy menunjukan bahwa kreatifitas bisa hadir dimana saja. Sebagai psikolog Suzy menyampaikan bahwa seni adalah medium untuk menyentuh hati,” pungkasnya.(CC/HMT)