Rabu, Oktober 9, 2024
spot_img

Longser Bandoengmooi “Pilkades Lain Pilkadal”

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/uOvUMXg7eXSTiIqHazJMRyzm61g=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F07%2F20180420_ENGLISH-TANAH-AIR_D_web.jpg
KOMPAS/SAMUEL OKTORA
Kelompok teater rakyat longser, Bandoeng Mooi Kota Cimahi tampil dengan cerita berjudul Pilkades Lain Pilkadal dalam acara Pasanggiri Longser Dalam Rangka Sosialisasi Pilgub Jabar 2018 di Gedung Kesenian Sunan Ambu Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI), Bandung, Sabtu (24/3). Kelompok ini berpesan kepada masyarakat, terutama pemilih pemula tidak mudah percaya atau terhasut hoaks atau berita bohong dalam pilkada.

Dalam rangka sosialisasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Bara Kerjasama Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI0 Bandung gelar Pasanggiri Longser, 24-25 Maret 2018.

Kelompok Longser Bandoengmooi mewakili Kota Cimahi meyuguhkan pertunjukan longser “Pilkades Lain Pilkadal”. Pertunjukan ini mengisahkan Oki dan John sabagai panitia Pemilihan Kelapa Desa (Pilkades) melakukan sosialisasi pada masyarakat bahwa di desanya sedang melakukan penjaringan calon Kepala Desa (Kades) dan mengajak masyarakat untuk berperan aktif menjadi pemilih terutama bagi generasi muda dengan jargom memilih atau dipilih.

Jajang, Hafidz, dan Dio bermaksud mencalonkan diri menjadi Kades. Ketiganya bersaing dengan menawarkan beragam konsep dan janji-janji. Mereka berharap kaum muda menjadi penggerak utama dalam pembangunan desa, untuk itu salah satunya harus mau memilih diantara mereka sebagai calon Kades.

Suatu ketika masyarakat desa dihebohkan oleh berita hoax bahwa Pilkades dibatalkan, sehubungan para calon kades semuanya mengundurkan diri karena keberatan harus menyerahkan uang mahar yang sangat besar kepada panitia Pilkades. Oki dan John sebagai panitia Pilkades berusaha meluruskan berita hoax yang beredar, hingga masyarakat terutama para pemuda mengerti bahwah itu hanya isu kacangan, Pilkades dimanfaatkan oleh sejumlah orang yang ingin cari untung untuk kepentingan diri sendiri.

Menurut Komisioner KPU Jabar Divisi SDM dan Hubungan Partisipasi Masyarakat, Nina Yuningsih saat konferensi pers persiapan pasanggiri Longser dalam rangka Pilgub Jabar di Gedung Sunan Ambu ISBI Buahbatu, Bandung, Jumat (23/4/2018), pasanggiri Longser diharapkan membantu meningkatkan kualitas penyelenggara pemilu, dan juga membantu menyebarluaskan informasi pemilu kepada masyarakat.

Nina juga berharap, kerjasama dengan ISBI terus berlangsung, khususnya terkait pemanfaatan media-media pertunjukan tradisional sebagai penyampai pesan kepemiluan.
Sementara itu, Rektor ISBI, Prof. Dr. Een Herdiani, menyambut baik kerjasama ini, dan menyampaikan pesan tentang kesenian tradisional Bawa Barat.

“Tetapi mengapa harus Longser? Karena pelaku kesenian itu akan terangkat, maju, dan lebih kaya konten. Selain itu juga untuk mengobati kerinduan masyarakat atas jenis kesenian ini,” ujarnya.

Pasanggiri ini akan diikuti 12 kelompok, yakni Bandoeng Mooi Cimahi, Ngaprak Teater Rancaekek, Komunitas Possteatron Garut, Geng Longser Cicalengka, Longser Bojegan ETPIS Kota Bandung, Longser Injuk Kota Bandung, Longser Famor Baleendah, Kabayan Kang Polban, Longser Aplikasi Kota Bandung, Longser Toonel Kota Bandung, Longser Camperenik Cimahi, dan Longser Kujang Siliwangi Kabupaten Bandung Barat.

Praktisi longser sekaligus pemimpin kelompok longser Bandoengmooi, Hermana HMT, mengatakan, kemampuan longser melihat kekinian dengan cara jenaka jadi kekuatan.

”Longser bisa dibilang cerminan masyarakat Sunda yang pintar menyisipkan humor ketika membicarakan beragam hal yang sedang hangat,” katanya.

Berawal dari obrolan penuh canda antarwarga di beranda rumah, longser masuk ke area publik lewat acara pernikahan atau syukuran. Pentas biasa dilakukan di tanah lapang. Pelopornya adalah seniman asal Bandung, seperti Aleh dan Karna, yang mulai pentas sekitar tahun 1915.

Waktu berjalan, longser mengikuti zaman. Menurut Hermana, longser digunakan sebagai sarana edukasi dan kritik terhadap kolonialisme sejak 1930-an. Penyampaian pesan perjuangan penuh simbol yang jenaka tak membuat penguasa tersinggung saat dikritik. Tokoh seniman yang terkenal adalah Tilil dan Ateng Japar.

”Sebelum Jepang datang, pertumbuhan longser sangat subur, mencapai 50 kelompok. Longser sempat redup saat Perang Dunia II pecah sekitar tahun 1940-an” kata Hermana.

Longser kembali marak sekitar tahun 1950. Ateng Japar dan kelompok Longser Pancawarna berperan besar menjaga napas seni tradisi ini setelah perang. Mereka ngamen dari kampung ke kampung. Pesannya beragam, salah satunya mengajak warga terus memupuk semangat di alam kemerdekaan.

Puncak kejayaan longser pada kurun 1970-1990. Longsor pun dilirik pemerintah Orde Baru. Disewa Departemen Penerangan, longser terlibat penyampaian banyak program pemerintah dari infrastruktur hingga kesehatan masyarakat.

”Saat Orde Baru runtuh, longser tetap hidup. Beragam lembaga swadaya masyarakat, baik lokal maupun internasional, menggunakan longser dalam penyampaian program,” kata Hermana, yang kerap memaparkan isu lingkungan dalam pementasan Bandoengmooi.**

Dari Berbagai Sumber – Tahun 2018

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,913PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles