Rabu, Oktober 9, 2024
spot_img

Longser Bandoengmooi Sindir Caleg: Kalau Terpilih, Saya Mah Bakal Korupsi

Galamedia Minggu 26 Januari 2014

PILIH saya. Kalau terpilih, saya mah bakal korupsi. Saya akan membentuk KPK. Komisi Pemberantasan KPK,” cuap seorang calon anggota legislatif (caleg) di Gedung Indonesia Menggugat, Jln. Perintis Kemerdekaan, Bandung, Sabtu (25/1).

Sedangkan calon anggota legislatif lainnya menjanjikan keamanan Kota Bandung jika ia terpilih nanti. “Aing mah sakti. Teu teurak dikadek. Aya bentar gelap dihakan. Aya banjir disedot. Aya tukang kredit, kabur,” kata calon yang satu ini.

Janji-janji para caleg tersebut tentu langsung disambut gelak tawa orang yang ada di dalam gedung. Ini memang bukan momen kampanye resmi yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum. Dua caleg tadi adalah para pemain longser Bandung MOI dengan judul “Caleg (Calon leg-leg)”, yang digelar untk memeriahkan Milad ke-5 Majelis Sastra Bandung.

Longser ini seperti ingin menyindir proses demokrasi yang tengah berlangsung menuju pemilihan umum (pemilu), 9 April mendatang.

“Aing mah moal mere duit. Aing mah mere na kulkas, tivi, sajadah. Mang pas dipake salat sajadah na dicokot deui ku aing,” kata calon lainnya yang langsung dijawab geer oleh para penonton.

Caleg asli tentu tidak akan mungkin berkampanye seperti halnya para pemain longser tersebut. Namun para pemain longser seperti mencoba membuka tabir yang selama ini selalu ditutupi para caleg, yaitu kebohongan.

“Kami memang ingin mencoba memberikan kesadaran bagi para calon pemilih. Pilihlah caleg dengan lebih teliti dan jangan mau dibobodo oleh caleg,” ujar sang sutradara, Hermana.

“Ini juga bagian dari kritik sosial terhadap situasi politik menjelang Pemilu 2014. Mereka yang sebelumnya tidak dikenal dan tidak pernah berbuat untuk masyarakat, ujug-ujug jadi caleg. Kami tidak ingin memilih caleg yang seperti itu,” lanjutnya.

Menurutnya, para caleg selalu berjanji tidak akan korupsi. Tetapi setelah duduk di kursi legislatif ternyata mereka melakukannya. Situasi seperti ini harus diubah. Masyarakat perlu dicerdaskan meskipun melalui guyonan.

Sementara itu, pemilik hajat, Rois Am Majelis Sastra Bandung, Matdon mengungkapkan, sastra bisa melakukan apa pun, termasuk mengkritik tentang cara berkampanye para caleg. Melalui sastra bisa menyadarkan para calon pemilih, untuk memilih atau bahkan untuk tidak memilih. “Tidak memilih juga merupakan hidayah,” katanya.

Di usia yang telah 5 tahun ini, Majelis Sastra Bandung memiliki jemaah dari sejumlah daerah. Bukan hanya Jawa Barat, jemaah majelis juga datang dari Makassar, Lampung, Jambi, dan beberapa daerah lainnya.

“Dari kegiatan yang ada, kami sebenarnya tidak berharap apa pun. Jika di kemudian hari muncul atau lahir penyair, maka itu hanyalah bonus,” tutur Matdon.

Semoga saja Majelis Sastra Bandung bisa melahirkan penyair dan penulis andal. Dan, semoga tidak melahirkan caleg atau anggota legislatif yang korup.

(brilliant awal/”GM”)**

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,913PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles