SENI.CO.ID — Bandung merupakan kota yang melahirkan ragam bentuk budaya. Salah satunya adalah teater tradisional Longser. Produk budaya yang pernah mencapai puncak kejayaannya di tahun 70-80an, saat ini sudah tidak dikenal lagi oleh sebagian besar masyarakat Kota Bandung.
Sebagai kado hari jadi Kota Bandung ke 209 sekaligus hari jadi Bandoengmooi ke 23 tahun dan dalam upaya menghidupkan serta mensosialisasikan kembeli seni Longser, kesempatan ini komunitas seni Bandoengmooi gelar pertunjukan Longser karya/Sutradara Hermana HMT bejudul Benclang-Benclung, Kamis (26/9/2019), pukul 19.30 WIB di Museum Kota Bandung, Jl. Aceh No. 47 Balai Kota Bandung.
Hermana HMT Sutradara dan pimpinan Bandoengmooi mengatakan, berbicara budaya Bandung artinya berbicara orang Bandung itu sendiri, ketika membicarakan kekayaan budaya Bandung sesungguhnya sedang memperhatikan orang Bandung dan semuah buah pikirannya, jiwanya, juga harapan-harapannya. Artinya budaya merupakan representasi,gambaran kepribadian suatu daerah atau bangsa. Masyarakat Kota Bandung yangtidak mengenal budayanya tentu kehilangan jati diri kedaerahannya, sehingga mudah terbawa arus dan tenggelam di lautan budaya global yang asing. “Sebagai bagian dari masyarakat yang peduli dan bertanggung jawab atas perkembangan budayanya tentu kami tidak akan membiarkan seni Longser yang merupakan hasil budi dan daya masyarakat terdahulu lenyap begitu saja. Konservasi, revitalisasi dan inovasi adalah jalan terbaik membangkitkan kembali budaya lokal dari kuburannya dan mewujudkan menjadi mutiara baru di era yang serba digital ini,” ujar Hermana
Lanjut Hermana, walau ada beberapa komunitas budaya menghidupkan kembali seni Longser sebagai bagian dari identas budaya lokalnya, namun yang dilakuknya sering kali tidak bekesinambungan dan menyebabkan seni Longser mati enggan hidup tidak mau, seperti harta karun yang belum ditemukan kembali.
Sisi lain Hermana menyebutkan, mengembangkan seni Longser berarti kita mengembangkan multitalenta di bidang kesenian, karena Longser merupakan teater tradisional yang memuat berbagai jenis kesenian lokal yang tumbuh di masyarakat termasuk penguasaan bahasa daerah (Sunda). Pertunjukan Longser merupakan ramuan dari seni musik tradisional, seni tari tradisional, seni akting, seni lawak, seni suara (bernyanyi), seni tutur (bercerita) dan seni rupa. Sedangkan bagi pembambangunan kepribadian, Longser mampu mendorong seseorang (pelakunya) untuk berani tampil, percaya diri, dan bertutur kata dengan baik di hadapan umum.
“Aktor Longser dituntut merangkai cerita dan penguasan bahasa secara spontan, besar sekali manfaatnya bagi peningkatan penguasaan publicspeaking. Berlatih akting Longser adalah berlatih mengolah imajinasi, mengolah emosi, mengolah tubuh dan menyerap ilmu pengtahuan yang hasilnya bukan semata untuk mencetak seseorang menjadi pelaku seni, namung proses itu secara tidak langsung telah merangsang kecerdasan majemuk seseorang yang menjadi landasan pembangunan karakter,” jelasnya.
Berkaintan dengan judul cerita Longser yang diusung, Hermana memaparkan, mudahnya akses untuk berbicara lewat media sosial banyak orang dan pemimpin bicara benclang-benclung (ngomong tidak keruan), mereka merasa lebih tahu dan pintar sendiri. Begitu mudah memberi pendapat dan menanggapi pendapat orang lain. Satu persoalan di goreng oleh pendapat yang belum tentu sinkron dengan apa yang dipersoalkan. Gara-gara benclang-benclung, kata-kata tidak menyelesaikan persoalan, bahkan seringkali menambah runyam jalinan hubungan antara satu dengan yang lainnya, hingga berakibat fatal.
“Orang yang tidak konsisten terhadap komitmennya seringkali bicara tidak keruan. Sikapnya seperti anak kecil, ia berucap tanpa aling-aling. Sikap seperti itu dalam bahasa Sunda disebut benclang-benclung. Sikap konsisten sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjadi orang atau pemimpin yang konsisten memang tidak mudah, namun kita bisa mengembangkan sikap konsisten dalam diri kita. Yakni mulai dengan menyelaraskan apa yang kita ucapkan dengan apa yang kita lakukan, karena kita tidak bisa dianggap orang atau pemimpin yang konsisten ketika kita benclang-benclung, berbicara mengenai A namun melakukan tindakan B atau saat ini berkomitmen C tapi kemudian hari kumitmennya berubah menjadi D. Semoga kita tidak tergolang menjadi orang yang benclang-benclung,”pungkas Hermana.
Sumber: Seni.co.id – Tahun 2019