Makalah Workshop Manjemen Seni Pertunjukan 26-28 April 2024 – Penciptaan Karya Seni Pertunjukan
Oleh Asep Budiman
Pendahuluan
Eksistensi seni wayang tak lepas dari sebuah kemasan inovatif dan sistem manajemen yang harus dikelola dengan baik dan profesional, agar tetap digemari oleh masyarakat juga sekaligus bisa dijadikan suatu nilai komoditi yang potensial dengan tanpa menghilangkan kaidah-kaidah, nilai etika dan estetika yang terkandung di dalamnya.
Dewasa ini segmentasi anak muda di Indonesia terhadap seni wayang dirasakan setiap tahun cenderung menurun, walaupun disebabkan derasnya budaya impor, mungkin mereka menganggap bahwa pertunjukan wayang sesuatu yang kuno dan tidak menarik. Tapi disisi lain tidak menutup kemungkinan pergelaran yang disuguhkan cenderung monoton dan terkesan ‘asik sendiri’ tanpa menghiraukan penonton dimana seorang dalang sedang mengadakan pergelaran.
Oleh karena itu tantangan terbesar bagi kami yang mencintai seni wayang untuk tetap survive, diharapkan bisa “berdialog dengan jamannya” dengan terus berinovasi dan berkreasi tanpa menghilangkan nilai-nilai ketradisian yang merupakan ciri khas dari pada seni wayang itu sendiri. Hal yang tak kalah pentingnya adalah kami harus mengetahui segmentasi audiens dimana ia akan pergelaran, beradaptasi dengan cermat agar apa yang dipentaskan bisa mencapai target yang diinginkan.
Kata kuncinya adalah berinovasi dan berkreasi dalam seni wayang adalah harga mati akan tetapi jangan lupakan tradisi, karena tradisi adalah akar dari seni itu sendiri.
Atas dasar tersebut, kami sudah melakukan penciptaan pertunjukan Wayang dengan mengembangkan kreativitas anak-anak sebagai Dalang Cilik. Tahun 2014, Pertunjukan Dalang Cilik Wayang Keroncong, di 17th Istanbul International Puppet Festival, Turki dan di International Pegasus Puppet Festival Kavlinge, Swedia tahun 2015.
Latar Belakang
Demokrasi dalam seni adalah bagian terpenting untuk menghasilkan karya-karya yang baik dan utuh. Karena seni memiliki ruang demokrasi yang cukup global. Ruang yang bisa memberikan penghargaan bagi setiap pencetusnya. Seni merupakan oase, forum yang memiliki dimensi ruang demokrasi yang objektif. Tidak ada hal lain yang bisa menandingi seni dalam wilayah demokrasi. Begitu juga hak anakanak untuk hidup. Anak-anak bagaikan sebuah karya besar yang memberikan gambaran demokrasi yang sangat besar dalam pengejewantahannya. Hidupnya ruang demokrasi dalam kesenian bisa menciptakan ruang baru untuk sebuah penggambaran yang memiliki nilai dan makna demokrasi yang baik pula. Demokrasi, seni, dan anak-anak tidak bisa dipisahkan dalam hal kebebasannya. Demokrasi, seni, dan anak-anak adalah sebuah pencitraan karya yang sangat besar untuk bisa dipelajari dengan seksama. Tetapi lain pula kalau kita bandingkan dengan politik. Itu sangat kontradiktif, bertolak belakang arah dan tujuannya.
Anak–anak adalah bagian dari penggambaran imajinasi yang tidak mengenal batas. Semuanya berjalan dengan apa adanya, tidak terlalu khawatir akan kelemahan dan kekurangan sesuatu yang bisa mematahkan kreativitasnya.
Anak-anak dilahirkan dengan segudang imaji yang alami, yang memberikan rekomendasi untuk masa depan kehidupan. Anak sebuah simbol penting bagi tumbuh kembangnya perdamaian dunia. Anak tidak kenal peperangan ataupun permusuhan. Siapapun di depan matanya adalah teman bermain, teman untuk menghidupkan suasana, teman untuk mengaktualisasikan rasa kasih sayang sesama dan alam semesta. Anak-anak adalah simbol dari sebuah kenyataan baik buruknya sebuah martabat dunia. Anakanak bebas untuk menentukan pilihannya, sepanjang semuanya rasional dan penuh dengan akal logika. Tidak pernah mengeluh, dan tidak pernah berambisi untuk hasrat dan keinginan yang ambisius. Anak-anak lahir dengan damai, penuh dengan persaudaraan, percintaan, dan kasih sayang. Itulah karakter seni dalam ruang lingkup demokrasi yang penuh dengan nilai-nilai kearifan dan kebijakan yang alami.
Tujuan
Kelahiran karya seni dalam kacamata demokrasi dan hak anak-anak bukanlah persoalan baru yang selalu kita hadapi. Melainkan persoalan yang setiap hari kita sentuh disetiap saat. Hak anak-anak untuk menikmati hidup merupakan kewajiban kita bersama. Anak-anak dan kehidupan tidak terpisahkan dalam ruang kebebasan berpikirnya. Begitu juga Kesenian, tidak ada orang yang mampu akan mematikan aura anak, demokrasi, seni, sebagai tujuan hidupnya. Semuanya akan tumbuh hidup berkembang sesuai matahari yang menyinarinya.
Indonesia bagian dari negara yang sedang mekar dan berkembang untuk segala bidang, namun dalam wilayah kesenian dan hak anak-anak bisa dikatakan sudah berjalan dengan bagus. Kreativitas seniman, kehidupan demokrasi, dan kepedulian terhadap anak-anak bisa dikatakan serba saling mempengaruhi satu sama lainnya. Karya seninya pun banyak sekali yang menjadi sorotan tingkat dunia. Indonesia tidak bisa bersaing dalam semua bidang, namun dalam seni dan budaya Indonesia akan menjadi perbincangan dunia.
Karena proses kreatif senimannya memiliki energi besar dalam penciptaan karya-karyanya.
Memang kalau kami bisa menganalogikan bahwa kepulauan Indonesia ini adalah anak-anak yang sedang tumbuh berkembang dengan imaji yang sukar ditahan. Beberapa bukti dan fakta, seni budaya Indonesia mampu berbicara di tingkat international walaupun tidak menempati posisi yang bergengsi.
Indonesia memiliki wajah demokrasi yang cukup baik ditangan seniman-senimannya. Semuanya dengan keterpanggilan pribadi, mereka berkarya untuk dialog dengan negara-negara lainya. Yang mampu memberikan ruang komunikasi yang maksimal.
Manfaat
Dalam karya Wayang “Dalang Cilik” ini, peristiwa demi peristiwa akan dilampaui. Sungguh luar biasa kalau kita membaca teks pertunjukan Wayang “Dalang Cilik” ini. Kita akan tergoda dan kewalahan untuk memvisualisasikannya lewat ekpresi yang notabene kita masih sangat terbatas untuk mengolah dan mengeksplorasi bahan mentah teknologi di bumi ini. Wayang “Dalang Cilik” merupakan bagian demokrasi seni, artinya kebebasan untuk menghasilan pencitraan ciptaannya tidak terbentur dengan kondisikondisi yang akan menghambat laju perkembangannya.
Keterlibatan Dalang Cilik dalam karyanya merupakan gambaran bahwa seni bisa dilakukan oleh siapa saja. Dalang Cilik bagian dari anak-anak baik di sekitar kita. Wayang “Dalang Cilik”, sebuah dimensi demokrasi seni dan hak anak-anak. Anak-anak juga bisa menjadi pelaku sekaligus penonton yang bisa menikmatinya. Tidak heran kalau seandainya Wayang “Dalang Cilik” bisa membangkitkan wayang-wayang lainnya untuk bisa hidup menembus batas dunia. Wayang “Dalang Cilik” bagian hasil dari demokrasi seni dan hak anak-anak. Kebebasan mencipta dan melibatkan anak-anak, sebuah rangkaian yang tidak terpisahkan dalam proses kreativitasnya. Kita akan lihat bagaimana proses kreatif
Wayang “Dalang Cilik” bisa terwujud dengan demokrasinya yang melekat.
Wayang “Dalang Cilik” mengambil konsep yang sangat sederhana dalam perwujudan karya
Wayang sebagai identitas akar tradisi dan mengadopsi berbagai cerita mulai dari cerita-cerita Mahabrata, Ramayana, naskah-naskah drama, hingga cerpen dan novel yang ada di sekitar kita. Banyak hal yang akan ditawarkan dalam Wayang “Dalang Cilik” ini, misalnya mulai dari konsep tradisi hingga kontemporer, Manusia pribumi sudah scizoprenic dalam apapun untuk menyantap apa itu budaya yang menjadi buah bibir masyarakat Indonesia.
Dampak
Wayang “Dalang Cilik” ini merupakan suatu tawaran gagasan yang memberikan gambaran bagaimana manusia hidup di tengah-tengah hutan belantara iklan-iklan dan televisi yang merenggut jiwa manusia di dalam kamar rumahnya sendiri. Manusia sudah mempunyai ketergantungan dengan benda-benda elektronik baik dalam tubuh itu sendiri maupun di luar rumah atau di ruang publik.
Wayang “Dalang Cilik” adalah medium hipnose untuk membangun sebuah versi tentang hibrida fakta dan fiksi. Adalah dunia multi-narasi, multi-fashion, multispektakel, tetapi tetap mempertahankan watak temporernya, yaitu sebagai media transitory. Justru dengan mempertahankan fungsinya sebagai media transitory, dimana proses konsumsi atas realitas selalu dibuat dalam format tertentu, ini menunjukkan pertumbuhan tentakel sebagai arus yang tak bisa dipotong. Tidak pernah ada layar kosong di Wayang “Dalang Cilik”. Kita tak punya daya-tahan untuk turut mengalir bersama sensasi kebaruan, spektakel dan reproduksi informasi yang dibawanya.
Wayang “Dalang Cilik” bersifat polisemik, terdiri dari banyak tanda, serangkaian kode yang bersifat visual, verbal, teknikal dan presentasional. Polisemi ini menghasilkan kompleksitas visual dan aural, menciptakan berbagai kemungkinan sensasi optikal pada khalayak.
Walaupun demikian, Wayang “Dalang Cilik” tetap menggunakan strategi naratif yang mengarahkan kita agar memahami berbagai konflik, masalah dan solusi itu dengan cara tertentu: hipnose yang berkesinambungan.
Energi kehidupan demokrasi seni dan hak anak-anak adalah Wayang “Dalang Cilik” diharapkan dapat menggambarkan proses kreatif yang tidak pernah berhenti. Adalah bagian dari proses individu hingga kolektivitas komunal yang masih mendambakan akar tradisi menjadi bahan ledakan seni pertunjukan Indonesia. Proses ini menandakan bagaimana setiap individu mendobrak paradoks-paradoks yang menjadi rintangan kreativitas yang berlaku saat ini. Apa-apa yang dilakukannya seperti merasa tidak puas. Manusia yang terperangkap oleh sebuah rutinitas an sich.
Di Indonesia, Seni memainkan peranan penting menuju pembentukan negara demokrasi seutuhnya, untuk membangun masyarakat yang dinamik. Kami berharap menjadi medium popular untuk melanjutkan cita cita demokrasi Indonesia.
Seni tidak akan ada tanpa seniman, karena seniman adalah bagian dari masyarakat. Karya tidak akan terwujud dalam ruang hampa, dan seniman tidak menghasilkan seni dalam ruang hampa, karena mereka tidak lepas dari masyarakat di mana mereka bekerja atau berkarya.
Kami berpegang teguh dan melakukan kreativitas seni sebagai pengalaman hal ini menunjukkan hubungan diantara seni dengan pengalaman sehari-hari dan mengingatkan kita mengenai tanggungjawab tinggi bahwa seni, masyarakat dan individu senantiasa saling berhubungan erat satu sama lain.
Peranan sebagai seniman bukan hanya mencipta karya seni dan membuat serta menampilkannya saja, tetapi ia mendokumentasi apa yang berlaku pada waktu itu, serta emosi personal dan perhatian yang berlaku dengan keadaan pada waktu itu. Ia bertindak kepada situasi di berbagai aspek kehidupan manusia dalam masyarakat yang berbudaya dan bersosialisasi.
Halaman kosong memungkinkan sesuatu bisa diguratkan di atasnya. Menagih kerja, membuat segala sesuatu dengan tangan sendiri. Membangun sistem sendiri, usaha dan keuletan sendiri. Teater dibangun oleh orang-orang teater. Di balik aktor, di balik teater tidak lain adalah kemandirian dan proses.
Wayang “Dalang Cilik” adalah hasrat kuat menyajikan garapan yang menawarkan kekayaan dan kebaruan bahasa ungkap visual dengan menggali khazanah lokalitas Nusantara. Membuat teaternya selalu hidup dalam konteks, menarik dan jadi tontonan yang tetap berwajah pribumi. Teater modern yang memiliki spirit keIndonesiaan.