Rabu, Oktober 9, 2024
spot_img

Strategi Membangun Kompetensi SDM Melalui Diplomasi Budaya Pewarisan Seni Longser 

Bentuk Implementasi Pada Tatanan Penguatan Wacana, Pembentukan Prototype Karya Yang Menjadikan Sebuah Kebiasaan Untuk Menentukan Karakter Organisasi

Oleh: Hendra Permana

Pendahuluan

Dalam Buku “Kebudayaan dalam Perbandingan : Analisis Komparatif atas IPK dan Enam Indeks Terkait” yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi tahun 2022, Hilmar Farid sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan menyebutkan bahwa “hubungan yang cukup antara Dimensi Ekspresi Budaya IPK dengan Kebebasan Sipil. Budaya yang kaya dan ekspresif mencerminkan dan sekaligus menguatkan kebebasan sipil. Ini adalah penegasan bahwa kebebasan berekspresi dan berkreasi adalah indikator kesehatan demokrasi kita.”. Dalam arti bagaimana kita sebagai seniman/seniwati mampu menawarkan wawasan dan arahan tentang bagaimana kebudayaan memainkan peran kunci dalam menentukan kualitas kehidupan kita.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan pasal 1 ayat (1), bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan cipta, rasa, karsa, dan hasil karya masyarakat. Cipta bersinonim dengan aktivitas produksi. Dalam usaha memajukan kebudayaan nasional, Undang-undang ini secara tidak langsung telah menjamin kebebasan masyarakat dalam lingkup kebudayaan. Kebebasan masyarakat melakukan ekspresi budaya untuk mencipta, memamerkan, berpendapat, berorganisasi, dan berpartisipasi dalam urusan ekspresi budaya. Ini adalah penegasan bahwa kebebasan berekspresi dan berkreasi adalah indikator kesehatan demokrasi kita.

Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi yang saat ini dipercaya oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Dana Indonesiana, serta LPDP untuk mengembangkan dirinya untuk melakukan kebebasan ekspresi melalui kebudayaan berupa Pewarisan Seni Longser. Bagaimana mereka menghadapi tantangan dalam pertumbuhan organisasinya yang salah satu fokusnya yaitu bagaimana mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)-nya menjadi unggul. Bagaimana peningkatan kualitas SDM berkualitas dan mempunyai daya saing.

Diplomasi Budaya “Bandoeng Mooi”

Salah satu tokoh penting yang menggagas mengenai diplomasi budaya yakni ilmuwan politik dan penulis Amerika yang bernama Milton C. Cummings menyatakan bahwa diplomasi budaya merupakan pertukaran gagasan, informasi, nilai, kepercayaan, ataupun aspek-aspek kebudayaan yang lain serta memiliki tujuan untuk meningkatkan rasa saling memahami dan menghormati satu sama lain. Dan akan terjadi kegagalan diplomasi budaya pada masyarakat jika terjadi proses tersegmentasi.  

Inilah sebabnya mengapa Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi perlu melakukan dukungan substansial untuk anggotanya untuk melakukan perlindungan utama bagi seseorang muncul dari keanggotaannya, karena dengan kurangnya melakukan diplomasi budaya atau bahkan kurangnya saling pengertian akan mengakibatkan banyak masalah, peningkatan upaya menuju saling pengertian dan pengurangan arogansi budaya yang terkait kepemilikan potensi untuk memberi manfaat bagi negara dan bangsa.

Sebagai sebuah prinsip di setiap organisasi jika ada orang yang berpindah atau keluar dari organisasi dianggap tidak ada kesetiaan atau sering kali dipandang sebagai bentuk “murtad”.

Untuk menghindari hal tersebut dengan melakukan pembangunan Kompetensi Sumber Daya Manusia dengan berbagai kegiatan seperti pertunjukan dan workshop seni perlu dikembangkan seluas-luasnya sehingga tercipta sistem yang fleksibel yang mampu mengantisipasi berbagai gejala yang dipradugakan dapat merugikan, mengganggu, atau merusak sistem secara formal. Untuk itu kegiatan produksi seni, pengembangan, dan pengendalian mutu, dan jaminan mutu dunia kesenian ataupun cara-cara lain yang positif perlu diberi peluang demi menjaga keutuhan dan eksistensinya secara sistematik.

Arah Dan Strategi Menghasilkan Prototype Diplomasi Budaya

Saat ini dunia dihadapkan dengan yang dinamakan VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity). 

  1. Volatility (volatilitas) yaitu perubahan yang cepat, tak terduga, dan tidak terprediksi.

Volatilitas mengacu pada kecenderungan untuk berubah dari satu keadaan ke keadaan lain. Dalam kondisi tertentu, berubah dengan cepat dari stabil menjadi tidak teratur. Ini memberikan implikasi lain bahwa kondisi volatile adalah kondisi yang berbahaya. Meskipun bahaya, namun juga dapat mewakili peluang. Intinya adalah: volatilitas bagus jika kita mencari peluang dan buruk jika Anda menyukai prediktabilitas atau kemampuan untuk memberikan gambaran pasti di masa depan mengenai keadaan. 

  • Uncertainty (ketidakpastian).

Ketidakpastian mengacu pada kurangnya informasi spesifik, yang dapat ditemukan dengan menjawab pertanyaan spesifik.

  • Complexity (kompleksitas).

Kompleksitas mengacu pada jumlah dan hubungan antar komponen. Kompleksitas berbeda dari “rumit”. Masalah yang kompleks dapat dipahami dengan analisis dan investigasi sebelumnya, berbeda dengan rumit.

  • Ambiguity (ambiguitas).

Ambiguitas merupakan penyebab stres bagi banyak orang (terutama mereka yang bekerja di organisasi yang terstruktur dengan baik) karena gangguan yang disiratkan ketidak nyamanan.

Dengan kondisi tersebut, segala sesuatu harus bergerak cepat merespons berbagai perubahan. Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi sebagai Organisasi non profit pun tidak boleh kaku dan berjalan seperti mesin. Meskipun tekanan yang dihadapi oleh organisasi tidak sekuat tekanan pada sektor profit, namun pertahanan diri sebuah organisasi seni dan budaya dalam menciptakan metode-metode ilmiahnya dapat menarik investasi. Organisasi non-profit yang lambat dalam merespons segala sesuatu, tentu sangat tidak akan menjadi investasi. Saat ini proses penguatan organisasi non-profit di bidang kebudayaan yang masuk sebagai salah satu struktur substansi pembangunan nasional menempati ruang yang sangat strategis dan mendapatkan momentum yang tepat. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2023 terjadi pada semua dimensi, baik umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, maupun standar hidup layak. Pertumbuhan IPM 2023 mengalami percepatan dari tahun sebelumnya. 74,39, dibandingkan 72,91 pada Oktober 2022.

Salah satu adaptasi yang harus dilakukan oleh Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi dalam upaya pengembangan kompetensi anggotanya dapat mengintegrasikan seluruh bentuk pengembangan sesuai dengan tujuan pembangunan nasional tersebut dibidang kebudayaan. Hasil dari itu semua diharapkan dapat melahirkan anggota organisasi unggul yang mampu memberikan kontribusi terhadap organisasi secara prima, sehingga dapat menjadi katalisator peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas. Untuk itu, melalui sumber daya manusianya (anggota) dituntut untuk menemukan terobosan dan inovasiinovasi baru dalam upaya peningkatan karya seni yang dihasilkan kepada masyarakat. 

Longser

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi tahun 2022 telah menetapkan Longser menjadi salah satu seni pertunjukan warisan budaya takbenda (WBTb) dari Provinsi Jawa Barat.

Seni longser merupakan kesenian dengan jenis teater rakyat yang hidup dan berkembang di wilayah Jawa Barat, khususnya di daerah Bandung. Pada awalnya, kesenian longser pertama kali diperkenalkan oleh seniman bernama Bang Tilil. 

Longser merupakan kesenian teater tradisional yang hingga sekarang masih hadir di tengah masyarakat Jawa Barat. Longser adalah salah satu jenis teater rakyat tatar Sunda yang hidup di daerah Priangan Jawa Barat (Hariyono, 2017: 91). Sebagai teater rakyat, pada mulanya longser dipentaskan di tengah-tengah penonton. Pada awal perkembangannya, longser hampir tidak pernah dipentaskan di sebuah panggung yang ditata sedemikan rupa, melainkan di mana terdapat penonton, di sana lah longser digelar, apakah tempat itu alun-alun, terminal, stasiun, atau bahkan di pinggir jalan.

Metode Training Needs Analysis (TNA) Atau Analisis Kebutuhan Pelatihan

Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa telah menjadi sebuah prinsip di setiap organisasi jika ada orang yang berpindah atau keluar dari organisasi dianggap tidak ada kesetiaan atau sering kali dipandang sebagai bentuk “murtad”.

Untuk menghindari hal tersebut Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi sebagai Organisasi non profit dapat melakukan pembangunan Kompetensi Sumber Daya Manusia.

Konsep pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia di Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi akan berjalan lebih optimal jika diawali dengan analisa kebutuhan training yang tepat untuk kebutuhan menciptakan karya seni Longsernya. Dalam hal ini terdapat tiga jenis analisa kebutuhan training atau training need analysis yang bisa dieksplorasi, yakni : task-based analysis, person-based analysis, dan organizationalbased analysis. Tiga Jenis analisa tersebut adalah dapat dijelaskan sebagai berikut: 

  1. Task Analysis (Analisis Tugas)

Analis yang berfokus pada kebutuhan tugas yang dibebankan pada seseorang sebagai anggota satu posisi tertentu baik dalam karya cipta Seni Longser maupun tata kelola manajemen organisasi. Tugas dan tanggungjawab posisi ini dianalisa untuk diketahui jenis ketrampilan apa yang dibutuhkan. Dari sini, kemudian dapat ditentukan jenis training semacam apa yang diperlukan. 

  • Person Analysis (Analisis Orang)

Analisis yang berfokus pada level kompetensi orang yang memegang posisi tertentu. Analisa ditujukan untuk mengetahui kekurangan dan area pengembangan yang dibutuhkan oleh orang tersebut. Dari sini, kemudian dapat disusun jenis training apa saja yang diperlukan untuk orang tersebut. Dalam analisa ini biasanya telah ditetapkan beragam jenis kompetensi dan juga standar level kompetensi yang diperlukan untuk suatu posisi baik dalam karya cipta Seni Longser maupun tata kelola manajemen organisasi. 

  • Organizational Analysis (Analisis Organisasi)

Analisa kebutuhan pelatihan yang didasarkan pada kebutuhan strategis Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi dalam merespon dinamika situasi masa depan. Kebutuhan strategis organisasi dirumuskan dengan mengacu pada dua elemen pokok, yaitu Organizational Strategy (Strategi Organisasi) dan Organizational Values (Nilai-nilai Organisasi).

Tujuan Training Needs Analysis (TNA)

Tujuan dari TNA yang dapat dilakukan oleh Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan tuntutan kinerja di dalam organisasi agar membantu mengarahkan anggota kepada bidang yang amat membutuhkan, yang amat erat dengan pencapaian sasaran dan tujuan organisasi, peningkatan produktivitas, dan penyediaan produk dan jasa yang berkualitas: 

  1. Untuk menentukan pelatihan apa yang sesuai dengan pekerjaan anggota baik dalam karya cipta Seni Longser maupun tata kelola manajemen organisasi. 
  2. Untuk menentukan pelatihan apa yang akan meningkatkan kinerja. 
  3. Untuk menentukan pelatihan apa yang akan menimbulkan perbedaan. 
  4. Untuk membedakan kebutuhan pelatihan dari masalah organisasi. 
  5. Untuk menghubungkan peningkatan kinerja dengan tujuan organisasi. 

Kompetensi dan perilaku sumber daya manusia agar dapat bersaing, harus memiliki : 

  1. Inisiatif, mampu bekerja sama. 
  2. Kemampuan bekerja dalam kelompok. 
  3. Kemampuan evaluasi kinerja. 
  4. Kemampuan berkomunikasi dan mendengarkan. 
  5. Kemampuan menganalisis masalah. 
  6. Kemampuan mengambil keputusan. 
  7. Kemampuan mendapatkan dan memahami informasi. 
  8. Kemampuan untuk melakukan rencana. 
  9. Kemampuan multicultural

Tahapan-tahapan dalam perencanaan pelatihan adalah sebagai berikut: 

1.      Analisis Kebutuhan Pelatihan (Training Need Analysis

Pada tahap pertama organisasi memerlukan fase penilaian yang ditandai dengan satu kegiatan utama yaitu analsis kebutuhan pelatihan. Terdapat tiga situasi dimana organisasi diharuskan melakukan analisis tersebut yaitu: performance problem, new system and technology serta automatic and habitual training.

  1. Situasi performance problem, berkaitan dengan kinerja dimana pegawai mengalami degradasi kualitas atau kesenjangan antara unjuk kerja dengan standar kerja yang telah ditetapkan.
  2. Situasi new system and technology, berkaitan dengan penggunaan komputer, prosedur atau teknologi baru yang diadopsi untuk memperbaiki efesiensi operasional organisasi. 
  3. Situasi automatic and habitual training, berkaitan dengan pelatihan yang secara tradisional dilakukan berdasarkan persyaratan khusus. 

Hasil TNA adalah identifikasi performance gap (kesenjangan kinerja). Kesenjangan kinerja tersebut dapat diidentifikasi sebagai perbedaan antara kinerja yang diharapkan dan kinerja aktual individu. Kesenjangan kinerja dapat ditemukan dengan mengidentifikasi dan mendokumentasi standar atau persyaratan kompetensi yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan dan mencocokkan dengan kinerja aktual individu di organisasi. Tahapan TNA mempunyai elemen penting yaitu: identifikasi masalah, identifikasi kebutuhan pengembangan standar kinerja, identifikasi peserta pengembangan kriteria pelatihan hingga perkiraan biaya. 

2.      Perencanaan dan Pembuatan Desain Pelatihan 

Desain pelatihan adalah esensi dari pelatihan, karena pada tahap ini bagaimana kita dapat menyakinkan bahwa pelatihan akan dilaksanakan. Keseluruhan tugas yang harus dilaksanakan pada tahap ini adalah: mengidentifikasi sasaran pembelajaran dari program pelatihan; menetapkan metode yang paling tepat; menetapkan penyelenggara dan dukungan lainnya; memilih dari beraneka ragam media; menetapkan isi; mengidentifikasi alat-alat evaluasi; menyusun urut-urutan pelatihan. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah membuat materi pelatihan yang diperlukan dan dikembangkan seperti: jadwal pelatihan secara menyeluruh (estimasi waktu); rencana setiap sesi; materi-materi pembelajaran seperti buku tulis, buku bacaan, hand out dll; alat-alat bantu pembelajaran; formulir evaluasi.

3.      Implementasi Pelatihan 

Tahap berikutnya untuk membentuk sebuah kegiatan pelatihan yang efektif adalah implementasi dari program pelatihan. Keberhasilan implementasi program pelatihan dan pengembangan SDM tergantung pada pemilihan program untuk memperoleh orang yang tepat dalam kondisi yang tepat). TNA dapat membantu mengidentifikasi program pemilihan orang yang tepat tersebut sedangkan beberapa pertimbangan pengembangan pelatihan dan pertimbangan program dapat membantu dalam menciptakan kondisi yang tepat.  

4.      Evaluasi Pelatihan 

Keberhasilan pelatihan dapat diketahui dengan melakukan evaluasi. Secara sistimatik manajemen pelatihan meliputi tahap perencanaan yaitu TNA (analisis kebutuhan pelatihan), tahap implementasi dan tahap evaluasi. Tahap terakhir merupakan titik kritis dalam setiap kegiatan karena acap kali diabaikan sementara fungsinya sangat vital untuk memastikan bahwa pelatihan yang telah dilakukan berhasil mencapai tujuan ataukah justru sebaliknya. Evaluasi pelatihan meliputi: 

  1. Evaluasi pelaksanaan training (meliputi materi, pemateri dan penunjang) 
  2. Evaluasi pasca training (efektifitas training dan follow up training) 

Metode Training Need Assesment Tool (TNA-T) digunakan untuk menganalisis kesenjangan Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dengan Kemampuan Kerja Pribadi (KKP) anggota yaitu kemampuan kerja yang dimiliki seorang pegawai dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Apabila kesenjangan antara KKJ dan KKP disebabkan oleh rendahnya pengetahuan, keterampilan dan sikap, maka solusinya adalah pelatihan. Selisih antara Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dan Kemampuan Kerja Pribadi (KKP) merupakan kekurangan kemampuan yang perlu dilatih. Dengan kata lain, Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) adalah Kemampuan Kerja Pribadi (KKP) ditambah dengan pelatihan. Sehingga disimpulkan bahwa pelatihan dilakukan untuk mengatasi kekurang-mampuan kerja yang dilatih. 

Penutup

Karakter dari setiap anggota di Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi dapat dikatakan sebagai nilai dasar yang membangun pribadi para anggotanya, berupa serangkaian sikap, perilaku, motivasi dan keterampilan yang terbentuk baik itu karena pengaruh keturunan (gen) maupun pengaruh lingkungan serta menjadi pendorong, penggerak, dan membedakannya dengan anggota lainnya.

Perilaku merupakan wujud konkret dari karakter dari manusia yang dapat diamati langsung oleh manusia lainnya. Perilaku manusia adalah fungsi dan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa kemampuan, kepercayaan, pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Sedangkan karakteristik individu akan dibawa memasuki lingkungan organisasi.

Perilaku individu dalam organisasi mencakup dua karakteristik yaitu, karakteristik individu dan karakteristik organisasi. Karakteristik individu mencakup kemampuan, kebutuhan, motivasi, kepercayaan, komitmen, pengalaman, pengharapan, dan lain-lain. Sedangkan karakteristik organisasi mencakup visi, misi, budaya kerja, dan lain-lain.

Adapun rekomendasi untuk Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi adalah sebagai berikut, 

  1. Pelatihan Dasar: penguatan aspek disiplin dan konsep diri anggotanya. 
  2. Pelatihan Teknis :   Merencanakan penugasan untuk pelatihan teknis tidak hanya dilaksanakan secara klasikal, tapi juga dilaksanakan secara non klasikal seperti magang, mentoring, dan coaching, e-learning. 

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,913PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles